Minggu, 26 Februari 2012

Cerpen.

1. Cerpen Pendidikan - Kisah Elang yang menjadi Ayam


Cerpen Pendidikan - Ini adalah cerpen pendidikan yang menurut saya patut kita ketahui sebagai sebuah motivasi buat kita, cerpen berikut ini menggambarkan menggambarkan bahwa kita perlu mempelajari secara mendalam apa potensi yang ada di dalam diri kita dan berani untuk lebih dari sekedar ikut-ikutan. Berikut kisahnya!

cerpen Pendidikan

* Kisah elang yang menjadi ayam
Pada suatu hari, seorang petani yang sedang memanen buah kopi menemukan sebuah sarang burung di atas sebuah pohon. Petani itu memanjat pohon dan mendapati beberapa butir telur burung elang yang masih hangat, kemungkinan telur itu sedang dierami oleh induknya.

Karena di sarang tersebut tidak ada induk elang, sang petani mengambil satu telur dan membawanya ke rumah. Telur itu ditempatkan ke dalam sebuah kandang ayam yang sedang bertelur dan mengerami telur-telurnya. Hingga beberapa hari kemudian, anak elang tersebut menetas bersamaan dengan anak ayam yang lain.

Induk ayam memperlakukan anak elang seperti anaknya sendiri, dan si anak elang mempelajari semua hal yang dilakukan oleh para ayam. Dia mematuk-matuk cacing di tanah, memakan biji-bijian dan tidak pernah mencoba untuk tebang, seperti layaknya ayam pada umumnya. Begitu terus hingga dia tidak menyadari siapa dirinya.

Saat sang elang sudah tua, ada sekumpulan elang yang terbang di atas langit. Kemudian elang yang tidak sadar akan jati dirinya hanya menatap ke langit sambil berkata, "Seandainya aku adalah elang."

Nah, sahabat itulah dia cerpen motivasi dan pendidikan buat kita semua yang sepatutnya kita fahami bersama.
 
 CERPEN CINTA ROMANTIS : Akhirnya, Kini Aku Mengerti
▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬
Namaku Shelli, siswa kelas X SMA yang masih terlalu dini mengenal istilah cinta. Aku mengenal dengan istilah cinta saat duduk di bangku kelas tiga SMP. Belum terlalu paham tentang cinta, sebegitu mudahnya aku mempermainkan cinta saat itu, tanpa sedikitpun memikirkan perasaan pasanganku. Awal masuk SMA, aku menjalin suatu hubungan dengan kakak kelasku. Aku kelas X, sedangkan dia kelas XII sekali lagi aku hanya bermain-main dengan cinta tanpa serius memikirkan perasaannya yang telah tersakiti karena kelakuanku.
Putus dari dia aku mengenal dengan sesosok lelaki muda, kebetulan dia juga kakak kelasku, tepatnya kelas XI, Riko namanya. Sebelumnya aku benar tidak tertarik sama sekali menjalin hubungan lagi, bosanlah istilahnya, tak ada yang menarik saat ku menjalin hubungan. Awal perkenalan kami juga tidak begitu menarik, dan aku pun tak menganggap Riko sama sekali. Tapi rasa itu langsung berbeda ketika aku pertama kali melihat dirinya.
“Shel, itu lo yang namanya Riko” gertak Dani, salah seorang temanku yang ketika itu kami sedang duduk santai didepan kopsis sambil berbincang. Aku langsung menoleh ke arah lelaki muda itu, dan itulah awal aku tahu Riko secara langsung.
“Benarkah itu Riko?” tanyaku kepada Dani tanpa memalingkan pandanganku ke arah Riko.
“Iya benar, itu Riko !” Jawab Dani sambil memakan jajan yang baru saja ia beli.
“Gila, Benar-benar gila. Ganteng banget ternyata” gumamku di dalam hati dan masih terpesona melihatnya. Sesampainya di rumah, aku pun tak henti-henti kepikiran wajah si Riko.
“Kenapa ini, aku tak bisa berhenti memikirkan lelaki itu. Biasanya aku juga tak pernah seheboh ini” pikirku sangat aneh sambil berkali-kali aku memandangi handphone berharap ada SMS masuk dari Riko. Sungguh aneh, yang tadinya aku tak tertarik sama sekali, sekarang malah berharap lebih sama Riko.
“Ada SMS !” teriakku. Langsung ku buka SMS itu dan benar, itu SMS dari Riko. Akupun sangat kegirangan. Itulah awal mula aku bisa serius menjalin hubungan dengan pasangan, sungguh berbeda dengan pasangan-pasanganku sebelumnya.
Dan inilah waktu yang aku tunggu, waktu dimana aku dan Riko jalan bareng. Sebelumnya kami memutuskan untuk nonton, tapi berhubung waktu telah terlewatkan, kami akhirnya menuju ke sebuah tempat yang begitu indah. Udara yang begitu sejuk, suasana tenang, burung-burung bernyanyi, rumput hijau menari dan genangan air yang membentang luas adalah sebagian kecil dari pancaran indah tempat ini. Di tempat ini kami saling bercerita tentang kehidupan kami, tak terasa pula sore telah datang menjemput.
“Aku boleh ngomong serius sama adek ?” tanya Riko begitu serius memandangku.
“Boleh kak, silakan !” dengan sedikit gugup aku menjawab pertanyaannya. Tiba-tiba Riko menggenggam tanganku. “duuh gila, mau ngapain ni anak” gumamku dalam hati.
“Maukah adek jadi pacarku ?”
Seketika perasaanku langsung campur aduk antara senang dan bingung.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar